Senin, 13 Mei 2013

Komunikasi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat untuk menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan menggambarkan kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi yang bersifat antarpribadi, dipenuhi melalui kegiatan komunikasi interpersonal atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan untuk berkomunikasi secara publik dengan orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas komunikasi massa.
Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi sekaligus merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin manusia hidup di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.
Komunikasi kesehatan masyarakat saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat pesat dan mendasar dari strategi yang bersifat partial komunikasi kesehatan telah bergeser kepada strategi komprehensif berdasarkan hasil studi empiris. Komunikasi kesehatan saat ini juga telah memanfaatkan teknologi baru yang dimodifikasi dengan komunikasi pembangunan. Prinsip-prinsip pemasaran sosial. Analisis perilaku serta manajemen yang berorientasi kepada pelanggan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian komunikasi kesehatan?
2.      Bagaimana konsep komunikasi kesehatan?
3.      Apa landasan komunikasi dalam pembangunan kesehatan?
4.      Macam-macam jenis komunikasi?
5.      Bagaimana model komunikasi kesehatan?
6.      Bagaimana ruang lingkup komunikasi kesehatan?
7.      Apa dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan?

1.3  Tujuan
1.      Agar dapat mengetahui pengertian dari komunikasi kesehatan
2.      Agar dapat mengetahui konsep komunikasi kesehatan
3.      Agar dapat mengetahui landasan komunikasi dalam pembangunan kesehatan
4.      Agar dapat mengetahui jenis-jenis dari komunikasi kesehatan
5.      Agar dapat mengetahui model dari komunikasi kesehatan
6.      Agar dapat mengetahui ruang lingkup komunikasi kesehatan
7.      Agar dapat mengetahui dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Kesehatan
            Definisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara “komunikasi” dengan “kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberikan peranan pada kata yang mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi bisnis, komunikasi kultural, dll). Berikut adalah definisi dari komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah :
a.       Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikaso untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan.
b.      Studi yang menekankan peran teori komunikasi yang dapat digunakan dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
c.       Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk memengaruhi individu, organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan lingkungan. Kegunaan ini termasuk beragam aktivitas seperti interaksi antara professional kesehatan dengan para pasien di klinik, self-help groups, mailings, hotlines, kampannya media massa, dan penciptaan peristiwa.
d.      Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu dengan maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan perilaku hidup sehat.
e.       Seni dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens yang mengatur perhatian terhadap kesehatan.
f.       Proses kemitraan antara para partisipam berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya ada suasana interaktif, ada perukaran gagasan, ada kesepakatan menganai kesatuan gagasan mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui pemahaman bersama (Ratzan, S.C., 1994)
g.      Komunikasi yang berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan, meningkatkan konsensus, mengidentifikasi aksi-aksi yang berkaitan dengan kesehatan yang mungkin dapat dilakukan secara efektif.
Menurut para ahli, komunikasi kesehatan adalah
Ø  Menurut George A Miller (1951): komunikasi adalah proses informasi yang disampaikan dari satu tempat tertentu ke tempat yang lain
Ø  Menurut Clavenger (1959): komunikasi merupakan suatu terminologi yang merujuk pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis.
Ø  Menurut Cherry (1966): komunikasi berarti berbagi elemen perilaku dengan kesepakatan yang ditetapkan bersama.
Secara umum, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial.
Jadi, komunikasi Kesehatan adalah proses penyampaian informasi tentang kesehatan.

2.2 Konsep Komunikasi Kesehatan
            Konsep komunikasi kesehatan secara khusus diterapkan untuk pelaksanaan program pembangunan di bidan kesehatan, yaitu pada
1.      Pemasaran sosial
Pemasaran sosial selalu dimulai dengan promosi tentang sikap atau kepercayaa yang dikaitkan dengan kesehatan. Kemudian dilakukan penyampaian anjuran tentang produk atau pelayanan dengan petunjuk cara pemakaian yang efektif.
Berikut adalah hal-hal yang berada pada pemasaran sosial :
Ø  Melakukan segmentasi sasaran
Ø  Mempromosikan produk
Ø  Pelayanan
2.      Analisis perilaku
Ø  Mempelajari perilaku
Ø  Menentukan perilaku baru
Ø  Menumbuhkan perilaku baru
Ø  Memotivasi perubahan
3.      Antropologi
Ø  Mengkaji aspek kebudayaan masyarakat
4.      Sosiologi
Ø  Mengkaji aspek :
a.       Interaksi = horizontal – vertikal
b.      Integrasi = horizontal –vertikal
Tahap-tahap pelaksanaan mencakup   :
Ø  Produksi, menyangkut materi, media seprofesional mungkin sesuai sumber daya yang ada
Ø  Distribusi, aktifitas media, produk, pelayanan, dukungan antar persona/individu
Ø  Pelatihan, pendistribusian materi pendidikan, penyediaan produk, dan pelayanan
Evaluasi mencakup     :
Ø  Sistem distibusi produk dan materi
Ø  Administrasi internal, kinerja personil dan anggaran
Ø  Penelusuran sementara dari tingkat pengetahuan dan praktek
Ketiga tahap tersebut mengharapkan cara bagaimana program membuka kesempatan mempengaruhi birokrasi kesehatan yang lebih luas, meyakinkan bahwa proses komunikasi merupakan bagian integral dari seluruh system pelayanan kesehatan.

2.3 Landasan Komunikasi dalam Pembangunan Kesehatan
Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen dan upaya kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang sederhana hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan. Pendekatan sentralistis di waktu lampau menyebabkan tidak berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan dan di Daerah. Manajemen memang akan berkembang dengan baik pada saat suatu unit atau Daerah diberi kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri (otonom).
Dengan kurang jelasnya manajemen kesehatan diwaktu lampau, maka kebutuhan informasi dan datanya pun menjadi tidak jelas pula.
Oleh karena itu, tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah dapat dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mulai mengembangkan kembali Sistem Informasi Kesehatan. Mendukung hal tersebut maka pada tahun tersebut di terbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Seiring dengan pesatnya perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) maka pada tahun 2003 dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengem-bangan egovernment. Kemudian dijabarkan lagi melalui
Surat Keputusan Menteri Informasi & Komunikasi nomor 56/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Manajemen Sist Dokumen Elektronik (versi 1.0) dan Surat Keputusan Kepala Badan Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/ 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

2.4 Jenis-Jenis Komunikasi Kesehatan
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proporsional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.

A. KOMUNIKASI VERBAL
    Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1.      Jelas dan ringkas
    Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
2.      Perbendaharaan Kata
    Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru Anda”.
3.      Arti denotatif dan konotatif
    Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4.      Selaan dan kesempatan berbicara
    Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5.      Waktu dan relevansi
    Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.
6.      Humor
    Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

B.KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1)      Metakomunikasi
    Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2)      Penampilan Personal
    Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseOrang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3)      Intonasi (Nada Suara)
    Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4)      Ekspresi wajah
    Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5)      Sikap tubuh dan langkah
    Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6)      Sentuhan
    Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati. Komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab perawat, yakni perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa
“human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.
Didalam organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis komunikasi dalam organisasi antara lain :
a. Komunikasi formal vs informal
Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh hirarki wewenang. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung pada herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai maksud, yaitu
- Pemuasan kebutuhan manusiawi,
- Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
- Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
- Sumber informasi hubungan pekerjaan.
Jenis lain dari komunikasi informasi adalah adalah dasas-desusyang secara resmi tidak setuju. Desas-desus ini juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.
b. Komunikasi ke bawah vs komunikasi ke atas vs komunikasi lateral
Komunikasi kebawah mengalir dari peringkat atas ke bawah dalam herarki. Komunikasi ke atas adalah berita yang mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu organisasi. Komunikasi lateral adalah sejajar antara mereka yang berada tingkat satu wewenang.
c. Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa meminta umpan balik, sedangkan komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan memberi umpan balik.
Bagaimanapun juga keefektifan komunikasi organisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya :
  1. Saluran komunikasi formal
  2. Sruktur wewenang
Dalam organisasi dimana perbedaan stasus dan kekuasaan akan mempengaruhi isi komunikasi.

2.5 Model Komunikasi Kesehatan
1. Model Shanon Weaver
·      Komunikasi dipandang sebagai suatu sistem: yang terdiri:
·      Sumber informasi (source) → memilih informasi yang dirumuskan (encode) menjadi pesan (massage) → pesan dikirim dengan isyarat (signal) melaui saluran (chanel) kepada penerima (receiver) → penerima menterjemahkan pesan untuk disampaikan ke tujuan (destination)

2. Model SMCR
·      Model ini menampilkan 4 variabel komunikasi:
1.         Source (sumber)
2.         Massage (pesan)
3.         Chanel (saluran)
4.         Receiver (penerima)
Proses komunikasi berlangsung tergantung: ketrampilan, sikap, pengetahuan, budaya yang berbeda
3. Speech Communication Model
    Komunikasi terdiri 3 variabel:
1.         Pembicara (speaker)
2.         Pendengar (receiver)
3.         Umpan balik (feed back)

2.6 Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan
            Ada beberapa ruang lingkup yang ada dalam komunikasi kesehatan. Ruang lingkup dilihat dari cakupan komunikasi kesehatan. Berikut adalah ruang lingkup komunikasi kesehatan, yaitu :
1.      Masyarakat (Audience)
Masyarakat sebagai ruang lingkup dari komunikasi kesehatan adalah sasaran dari kamunikasi kesehatan itu sendiri. Berikut adalah bagian-bagian dari masyarakat sebagai ruang lingkup komunikasi kesehatan
·         Budaya sehat, sikap dan perilaku (health beliefs, attitude and behavior)
·         Kebudayaan, umur, dan faktor jenis kelamin (cultural, age and gender factor)
·         Tingkatan buta huruf/tingkatan tuna aksara (literacy levels)
·         Faktor resiko (risk factor)
·         Persoalan gaya hidup ( lifestyle issues)
·         Faktor sosial ekonomi (socio-economics factor)
2.      Perilaku sehat yang direkomendasikan, pelayanan atau produk
·         Keuntungan (benefits)
·         Resiko (risks)
·         Kerugian (disadvantages)
·         Harga atau inovasi gaya hidup (price or lifestyle trade-off)
·         Ketersediaan dan akses (avaibility and access)
3.      Lingkungan sosial
·         Kebijakan pemegang kekuasaan, sikap dan latihan (stakeholders beliefs, attitudes and practices)
·         Norma sosial (social norms)
·         Struktur sosial (social structure)
·         Ide-ide yng ada dan program (existing initiatives and programs)
4.      Lingkungan politik
·         Aparat berwajib dan hukum (policies, laws)
·         Kesediaan politik dan komitmen (political willingness and commitment)
·          Tingkat prioritas dalam agenda politik (level of priority in political agenda)

2.7 Dampak Komunikasi Kesehatan Terhadap Pembangunan Kesehatan
Komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi sikap, persepsi, kesadaran, pengetahuan dan norma sosial yang kesemuanya berperan sebagai precursor dalam perubahan prilaku. Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi prilaku karena didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan menyampaikan promosi kesehatan  dan pesan pencegahan –pencegahan.
Komunikasin kesehatan adalah pendekatan yang beragam dan multidisipin untuk mencapai buat kebijakan dan masyarakat untuk memperkenalkan, mengadopsi atau mendukung perilaku, praktek atau kebijakan yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil kesehatan dimana pesan-pesan kesehatan dikomunikasikan dari para pakar di bidang kesehatan medis dan masyarakat. Sehingga bisa dikatakan komunikasi mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pembangunan kesehatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ø  Kesehatan adalah proses penyampaian informasi tentang kesehatan.
Ø  Konsep komunikasi kesehatan ada empat, yaitu pemasaran sosial, analisis perilaku, antopologi dan sosiologi
Ø  Jenis-jenis komunikasi itu ada dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non-verba
Ø  Ada 3 model komunikasi, yaitu Model Shanon Weaver, Model SMCR dan Speech Communication Model
Ø  Ada empat ruang lingkup komunikasi kesehatan yaitu masyarakat (Audience), perilaku sehat yang direkomendasikan, pelayanan atau produk, lingkungan sosial dan lingkungan politik

3.2 Saran

1 komentar:

  1. terimakasih sudah berbagi jangan lupa mmpir ya kak.. www.bankerilmu.com

    BalasHapus