BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu
pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai
lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang
penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan.
Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang
waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat
diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. berbagai
risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua
pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan
kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan
tentang Ergometri, Automasi dan Mekanisasi dalam ergonomi agar kita makin
mengerti dan memahami tentang hal-hal yang ada dalam ergonomi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian Ergonomi?
2. Apa
yang dimaksud dengan ergometri? Dan berikan penjelasannya!
3. apa
yang dimaksud dengan automasi dan mekanisasi? Berikan penjelasannya
1.3 TUJUAN
1. Untuk
mengetahui apa pengertian ergonomic
2. Untuk
mengetahui apa pengertian ergometri dan penjelasannya
3. Untuk
mengetahui pengertian automasi dan mekanisasi, serta penjelasannya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN ERGONOMI
Istilah ergonomi ilmu untuk mengukur
kerja baik beban kerja maupun kemampuan kerja faktor manusianya
2.2
pengertian ergometri
Ergometri adalah ilmu untuk mengukur kerja baik
beban kerja maupun kemampuan kerja faktor manusianya. Biasanya dua hal yang
diukur dan dievaluasi, yaitu:
a.
Pemakaian energi
oleh seorang tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya.
b.
Kemampuan kerja
fisik maksimum atau sub-maksimum dari seorang tenaga kerja.
Oleh tubuh, ketika seseorang bekerja, energi kimia
diubah menjadi energi mekanis dan panas. Untuk mendapat energi kimia diperlukan
O2 sebagai bahan pembakar. Sehubungan dengan itu, banyaknya O2 yang
dipergunakan untuk suatu kegiatan dalam menjalankan pekerjaan menjadi petunjuk
mengenai pemakaian energi. Cara menentukan pemakaian energi dengan pengukuran O2
adalah cara tidak langsung, sebenarnya ada cara langsung yaitu mengukur
kalori yang dikeluarkan oleh tenaga kerja dengan menggunakan alat calorimeter,
tetapi cara demikian hanya dapat dikerjakan di laboratorium yang sangat canggih
dan khusus. Dari pemakaian O2, banyaknya kalori yang dipakai untuk
keperluan suatu pekerjaan dihitung dengan dasar persamaan 1 liter O2 = 4,7-5,0 kilokalori (kalori).
Untuk menentukan pemakaian tenaga pada pekerjaan sehari-hari, perlu
dilakukan inventarisasi dari kegiatan seluruh hari.yang meliputi tidur, duduk,
berjalan, bekerja, dan sebagainya dan berapa lama waktu berlangsungnya
masing-masing kegiatan tersebut. Untuk setiap kegiatan, kemudian diukur
pemakaian O2 atau digunakan nilai kalori kegiatan menurut table
yang telah dibuat oleh peneliti atau dipublikasikan oleh instansi resmi.
Pengukuran dan penilaian penggunaan energy biasanya dilakukan kepada tenaga
kerja ketika sedang melakukan pekerjaannya. Untuk maksud tersebut, perlu metoda
pengukuran O2 waktu tenaga
kerja bekerja dan juga alat-alat yang digunakan. Alat dari metodologi yang
digunakan adalah:
1.
Kantung Douglas.
Dengan alat ini, tenaga kerja, melalui pipa dan katup meniupkan udara nafasnya
ke dalam kantung selama waktu tertentu sehingga udara nafasnya terkumpul dalam
kantung tersebut. Volume udara diukur dengan meteran gas dan udara dianalisis
terhadap kadar O2, CO2, dan N2. Waktu
pengukuran terbatas selama 2-5 menit, namun cara ini tetap merupakan cara yang
sangat dipercaya.
2.
Meteran-Gas
Kafranyi-Michaelis. Alat ini mengumpulkan dan mengukur udara ekspirasi secara
terus-menerus dan mengambil sampel udara pada waktu-waktu tertentu. Lamanya
pengukuran dengan alat ini dapat dilakukan 20-30 menit.
3.
Pnemotakhograf
Wolf. Alat ini mengukur udara ekspirasi secara elektronis dan mengambil sampel
udara dengan pompa elektris.
4.
Cara analisis
kontinyu. Suatu alat yang menggabungkan pengukuran kontinyu dari udara
ekspirasi dengan analisis gas secara polarografis, sedangkan pengukuran oksigen
sewaktu-waktu dapat dibaca oleh pengamat melalui cara telemetris.
5.
Volume udara
perbapasan per menit. Untuk menghindari analisis gas, maka kadang-kadang
dipakai volume udara pernapasan per menit sebagai indicator pemakaian oksigen
dan pengerahan energy. Dibayangkan, bahwa volume demikian sangat tergantung
dari berbagai factor luar dan dalam tubuh sendiri. Maka dari itu penggunaannya
sangat terbatas.
6.
Denyut jantung.
Sebagai cara sederhana dapat dipakai bilangan denyut jantung untuk indeks penggunaan
oksigen dan juga energy yang dipakai. Mudahnya cara ini dikerjakan menjamin
kemungkinan penerapannya yang sangat luas, lebih-lebih mengingat, bahwa
pengukuran penggunaan energy dengan memakai parameter denyut jantung dapat
dilakukan sepanjang wakktu kerja dengan pengukuran langsung atau merekamnya
secara telemetris atau menggunakan tape recorder. Denyut jantung berubah
menurut beban kerja fisiologis. Kelemahannya ialah bahwa denyut jantung berubah
pula pada posisi tubuh, keadaan lingkungan dan kondisi lain seperti kelelahan,
emosi bahkan aktivitas seseorang diluar pekerjaan seperti misalnya merokok.
Hasil pengukuran penggunaan energy menurut jenis
kegiatan seperti bekerja mengerjakan pekerjaan ringan seperti sambil duduk atau
bekerja dengan posisi berdiri menoperasikan mesin dan lainnya disajikan dalam
data atau tabel. BELUM ADA LANJUTANNYA.
Kemampuan fisik maksimum (sub-maksimum) dapat diukur
dengan cara langsung terhadap kemampuan jantung. Sebenarnya pengukuran kemampuan
otot pada umumnya dapat juga memberikan derajat ketelitian tinggi bagi
penilaian kapasitas kerja seseorang. Berdasarkan fisiologis kerja, pemakaian
oksigen meningkat dengan semakin besarnya energy yang digunakan oleh tubuh
untuk bekerja, tetapi peningkatan besarnya energy tersebut ada maksimumnya,
yaitu sesudah oksigen mencapai kadar jenuh dalam darah. Penggunaan oksigen pada
tingkat maksimum ini, menentukan kapasitas aerobic (proses metabolisme dengan
penggunaan oksigen) dari tubuh. Kenyataannya, sesudah kadar maksimum oksigen
darah dicapai, sedangkan masih diperlukan pengerahan energy yang lebih besar
lagi, tubuh masih juga dapat bekerja dengan pengerahan energy yang lebih besar
tetapi hanya untuk waktu yang tidak lama. Fenomin seperti itu dilakukan dengan
metabolisme anaerobic (tanpa oksigen). Pengukuran kapasitas aerobic maksimum
mengandung risiko dan sangat berbahaya terutama menghadapi orang yang berusia
lanjut atau penderita insufisiensi jantng koroner. Untuk menghindari risiko
demikian, pengukuran tidak dilakukan secara langsung terhadap kapasitas aerobic
maksimum melainkan kapasitas aerobic sub-maksimum dengan metod pengukuran
secara tidak langsung.
Cara mengevaluasi kemampuan kerja fisik yang tidak
langsung adalah sebagai berikut:
1.
Nomogram
Astrand. Kapasitas aerobic dinilai dari factor usia, berat badan dan bilangan
denyut nadi yang diukur pada suatu kegiatan sub-maksimal.
Alat
dan langkah kegiatan uji fisik tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Ergometer.
Ergometer sepeda bekerja dengan mekanisme mengayuh pedal sedangkan beban kerja
adalah energy untuk mengatasi hambatan yang diakibatkan oleh geseka rantai atau
rem elektromagnetis. Besarnya tahanan ergometer sepeda harus dikalibrasi.
Frekuensi memutar pedal adalah 50-60 per menit. Beban kerja dapat dinyatakan
dalam Kgm/menit, Newton-meter (Nm)/detik (1 Kgm/menit= 0,16 Nm/detik), atau
Watt ( 1 W= 1 Nm/detik sesuai dengan 6 Kgm/menit). Efisiensi mekanis relative
menetap dan energy diperlukan 4,4 kali energy kerja mekanis. Suatu speedometer
dipakai untuk mengatur kecepatan mengayuh pedal. Ergometer engkol dibuat untuk
mengukur penggunaan energy pada pekerjaan tangan dan terdiri dari engkol dengan
garis menengah 30 cm serta porosnya di
tempatkan 1 meter di atas lantai. Kebanyakan orang mampu memulai kegiatan
dengan energy 300 Kgm/menit dan kemudian ditingkatkan dengan tambahan 150-300
Kgm/menit.
b.
Uji naik-turun
bangku (stepping test). Individu yang diuji kemampuan kerja fisiknya melakukan
sejumlah aktivitas fisik menetap dengan naik-turun suatu bangku. Energy yang
digunakan untuk melakukan aktivitas fisik tersebut diperhitungkan 5,7 x energy
yang diperlukan untuk mengankat tubuh. Hasil perhitungan tersebut tergantung
pada ukuran tinggi bangku dan frekuensi naik-turun bangku. Untuk orang muda,
agar hasil pengukuran dicapai maksimal, tinggi bangku sekurang-kurangnya 40-50
cm dan keecepatan naik-turun 15-45 kali per menit. Cara naik bangku harus
diupayakan sedemikian rupa, sehingga pusat berat badan jatuh pada titik tinggi
naik. Dengan tinggi bangku dan frekuensi naik-turun demikian, denyut jantung
menjadi 110-150 per menit. Uji naik-turun bangku menurut Master menggunakkan
bangku dengan injakan ganda (dobel) masing-masing setinggi 23 cm yang
menyebabkan efesiensi mekanis berkurang, dengan cara ini energy yang diperlukan
6,1 x kerja mekanis mengangkat badan. Energy yang dipakai untuk mengangkat
beban demikian adalah 150-300 Kgm/menit.
c.
Treadmill. Suatu
landasan berjalan (lopende baan) bergerak pada suatu permukaan dengan tenaga
motor listrik. Kecepatan bergeraknya landasan dan sudut kemiringan dapat diubah
dan diatur. Individu yang diuji kemampuan kerja fisiknua harus berjalan
berlawanan dengan arah gerakan landasan berjalan, agar posisi pijakannya tetap
dapat dipertahankan. Cara ini lebih banyak digunakan dan memiliki aspek yang
menguntungkan disbanding dengan pemakaian ergometer. Hasil pengukuran
penggunaan oksigen maksimum yang diukur dengan bergerak landasan 80m/detik
kira-kira 3 x waktu istirahat. Kenaikan pengerahan energy olh 2,5% perubahan
sudut landasan berakibat kenaian energy yang sama dengan peningkatana
metabolisme untuk menghasilkan energy yang diperlukan.
2.
Uji kapasitas
kerja fisik (Test of physical working capacity = PWC 170). Bilangan denyut
jantung meningkata dengan semakin beratnya beban kerja, tetapi sesudah dicapai
bilangan denyut jantung 170/menit kenaikan nadi hamper tidak mempengaruhi hasil
kerja. Jika diketahui hubungan antara beban kerja fisik dengan bilangan
nadi/menit, maka dapat diketahui kemampuan kerja fisik seorang tenaga kerja.
Untuk menerapkan cara ini perlu waktu dan cara ini juga sulit digunakan untuk
pengujian kapasitas kerja tenaga kerja dalam jumlah besar.
3.
Uji naik-turun
bangku Harvard. Agar dihindari pengukuran dan pencatatan bilangan denyut
jantung selama waktu bekerja, yang pelaksanannya biasanya sulit dilakukan,
diupayakan suatu cara untuk menentukan kapasitas kerja fisik dengan menilai
pemulihandenyut jantung sesudahnya selesai menjalankan kegiatan. Cara ii
berdasarkkan prinsip bahwa dengan beban kerja dari suatu aktivitas terjadi
pengerahan energy yaitu waktu aktivitas tersebut sedang berlangsung tetapi
selanjutnya sesudah aktivitas berhenti penggunaan energy akan berkurang dan
akhirnya pulih kembali kepada keadaan sebelum kegiatan. Pada waktu pemulihan,
bilangan denyutan jantung per menit mulai berkurang dan terus menurun selama
pemulihan serta waktu pemulihan kepada keadaan semula akan lebih pendek pada
individu yang mempunyai kapasitas kerja fisik yang lebih baik. Uji Harvard
hanya memerlukan bangku dengan tinggi 51 cm, kronometer dan metronome.
Kecepatan naik-turun bangku dari Harvard adlaah 30 langkah per menit. Lamanya
waktu uji naik-turun bangku adalah sejak dimulainya aktivitas naik-turun bangku
sampai tepat dirasakan kelelahan oleh individu yang diuji kapasitas kerjanya
atau selama waktu 5 menit. Bilangan nadi dihitung selama 30 detik dan dimulai
setelah 1 meni kegiatan dihentikan. Uji naik-turun bangku ini sederhana, mudaah
dilakukan, tanpa risiko dan tidak perlu dilaksanakan hanya oleh orang yang
ahli. Seperti halnya untuk cara lainnya, penggunaan data hasil uji turun bangku
Harvard harus dilakukan dengan cermat.
Selain
itu, dapat pula dipakai nomogram untuk menentukan indeks kapasitas fisik dengan
menggunakan modifikasi uji naik-turun bangku, yaitu bilangan denyyut nadi
dihitung 3 kali selama pemulihan yaitu sesudh menit pertama, kedua dan keempat
(masing-masing dihitung untuk 30 detik). Dari 2 kali jumlah perhitungn nadi 3
kali (A) dan lamanya naik-turun bangku dalam detik (C), dapat ditemukan indeks
kesegaran jasmani (D). (Diagram 3). Adapun penafsiran dari indeks kesegaran
jasmani tersebut adalah: dibawah 50 buruk, 50-80 sedang dan diatas 80 baik.
(GAMBAR DIAGRAM 3)
Kapasitas aerobic dipegaruhi oleh beberapa factor.
Pada pekerjaan yang sifatnya mengangkat berat badan (seperti uji naik-turun
bangku), energy yang dibutuhkan proposional dengan berat badan, sehingga
oksigen yang dipakai sebaiknya dinyatakan dalam cm3/Kg berat badan.
Tidak demikian halnya pada pekerjaan yang harus memidahkan beban diluar badan,
dalam hal ini kapasitas aerobic lebih baik dinyatakan dalam nilai absolute.
Bilangan denyut jantung maksimum berkurang menurut bertambahnya usia, hal ini
mempengaruhi penafsiran kemampuan aerobic pada pembebanan energy sub-maksimal
an oleh karenanya nilai yang didapat dari nomogram astrand perlu dikoreksi (Tabel
41):
Kapasitas aerobic maksimum orang laki berkurang
secara bertingkat menurut periode waktu 25-30 tahun dan pada usia 70 tahun
nilainya hanya setengah dari yang berusia 20 tahun. Pada wanita, puncak
kapasitas aerobic terdapat pada masa puberas, sedangkan penurunan kapasitas
tersebut terutama terjadi kemudian pada saat menopause. Kapasitas aerobic
rerata per Kg berat badan wanita muda adalah 70% daripada laki-laki muda.
Pada semua masyarakat, kemampuan aerobic maksimum
menunjukan perbedaan individual. Nilainya tertinggi dimiliki oleh olaharagawan
terutama pelari cepat. Pengaruh pekerjaan terhadap kapasitas aerobic tida
sebesar olahraga, namu begitu aneka pekerjaan yang mensyaratkan pengerahan
energy yang tidak sedikit misalnya pekerjaan memotong kayu gelondongan atau
membelah-belahnya yang dilakukan manual sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan aerobic. Dalam masyaraat industry, akivitas olahraga yang dilakukan
pada waktu luang berefek lebih berarti kepada kapasitas aerobic daripada
pekerjaan itu sendiri.
Jika seseorang mulai berlatih, denyut jantungnya
tidak cepat meningkat menyesuaikan pemenuhan kebutuhan oksigen untuk kegiatan
sub-maksimal, sedangkan pada waktu kegiatan dihentikan denyut jantung tidak
segera kembali kepada denyut jantung sebelum dimulainya kegiatan melainkan
memerlukan waktu pemulihan yang lebih panjang. Pada orang yang terlatih atau
terampil, bilangan denyut jantung kurang dari orang tidak berlatih atau tidak
mempunyai keterampilan. Demikian juga, pemulihan denyut jantuung dari orang
terlatih lebih cepat daripada orang yang tidak terlatih. Latihan yang berat dan
lama yang dilakukan secara teratur dapat menyebabkan kenaikan kemampuan aerobic
kira-kira 10%. (Grafik 16).
Jika tenaga kerja akan dipekerjakan pada pekerjaan
berat, uji fungsi kardiovaskular dapat dopergunakan untuk meonentukan
kesanggupan tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya. Dari pengalaman, jika
pekerjaan dilakukan dengan 35-50% kapasitas aerobic maksimum, tidak terjadi
kelelahan yang mencolok pada tenaga kerja tidak banyak mengadukan keluhan
fisik. Dengan menggunakan bilangan denyut jantung sebagai indikator, maka
sebainya denyut jantung para pekerja tidak melebihi 120 per menit bahkan
sebaiknya 100 atau dibawahnya. Namun, pasti tergantung dari beratnya beban
kerja, bilangan denyut jantung demikian tidak mungkin selalu dapat diterapkan.
2.3
Otomasi dan Mekanisasi
OTOMASI
DAN MEKANISASI
Istilah otomasi pertama-tama
diajukan oleh Harder dari Ford Moto Company. Mula-mula konsep otomasi Detroit
adalah seni penggunaan alat-alat mekanik untuk mengerjakan potongan bahan
pekerjaan ke atau dari alat melanjutkan dalam proses seterusnya, memisahkan
sisa-sisa dari proses dari malakukan secara berurutan menurut waktu sesuai
dengan proses produksi sehingga sebagian atau keseluruhan dari proses dapat
dikendalikan dengan cara tekan tombol pada tempat strategis. Sesudah itu
Diebold mendefinisikan otomasi sebangao penggunaan mesin untuk menjalankan mesin.
Definisi-definisi di atas terlalu menonjolkan aspek produktivitas dam
teknologi, sehingga elemen manusia terlupakan. Maka dari itu, otomasi harus
diartikan suatu sistem yang meliputi alat-alat mekanik, peralatan kerja lain
dan manusia yang diperlukan untuk mengerjakan bahan atau mengolah informasi
menjadi suatu produk barang atau jasa yang dikehendaki. Pertimbangan pertama
otomasi adalah pengoptimalan produksi oleh manusia dan atay mesin. Yang
menentukan tingkat yang diberikan kepada proses produksi (input) dan hasil
obyektif dari proses produksi (output) serta pengaruh lingkungan terhadap
hubungan manusia dan proses produksi tersebut. Demikian pula hubungan antara
manusia dan mesin mengenai kemampuan dan limitasi masing-masing merupakan suatu
faktor yang perlu diperhatikan
BAGAN
4
Mekanisasi adalah penggantian
manusia sebagai sumber tenaga (gaya, kekuatan) atau sebagai alat untuk
memberikan informasi dalam pengelolaan siati operasi atau proses. Mekaniasi
adalah salah satu komponen dari otomasi. Terdapat empat tingkat dalam
perkembangan mekanisasi/otomasi, yaitu dari penggunaan alat bantu pada
pekerjaan tangan (kerja manual) sampai kepada mekanisasi/ otomasi pernuh dengan
penggunaan mesin yang luar biasa canggih. Menurut fungsinya tingkat-tingkat
tersebut adalah
1. Fungsi
penunjang dari mekanisasi/ otomasi dengan maksud menyempurnakan atau memperluas
kemampuan manusi (contoh penggunaan alat-alat manual guna meningkatan kemampuan
kerja otot seperti pisau, cangkul, gergaji manual, alat ukur yang emperbaiki
hasil pengukuran tanpa alat, mikroskop untuk memperbaiki kemampuan indera mata,
dan lain-lain)
2. Fungsi
melipat-gandakan tenaga untuk mengatasi keterbatasan kekuatan manusia, baik
dalam hal besar maupun lama waktunya (penggunaan tenaga alam atau bahan bakar,
listrik, tenaga nuklir)
3. Fungsi
meringankan terutama dalam pengendalian operaso atau proses yang rumit/canggih
(missal pengukuran otomatis/terus-meneris, pengendalian program, pengaturan,
analisis data)
4. Fungsi
menggantikan manusia yaitu tenaga manusia digantikan untuk sebagian atau
seluruhnya atau pada operas/proses yang dijalankan dengan menerapkan
mekanisasi/otomasi.
|
Mesin
|
Manusia
|
Kecepatan
|
Luar biasa
|
Kelambatan dalam bilangan detik
|
Tenaga
|
Dapat diatur dengan baik : besar, menetap, dan dapat
dibuat kekuatan standar
|
Dua tenaga kuda (TK) untuk 10 detik:0,5 TK utuk beberapa
menit dan 0,2 TK untuk pekerjaan terus-menerus sehari
|
Keseragaman
|
Cocok untuk pekerjaan rutin,
berulang dan perlu ketepatan
|
Tidal dapat dipercaya. Perlu
dimonitor dengan mesin
|
Kegiatan jamak
|
Banyak saluran
|
Satu saluran
|
Ingatan
|
Terbaik untuk memproduksi sesuatu
yang ditentukan dan bersifat penyimpanan memori
|
Segala macam dengan pendekatan
dari berbagai sudut, baik untuk dipakai menetapkan komse[ dan strategi
|
Berfikir
|
Deduktif baik
|
Induktif baik
|
Hitung-menghitung
|
Cepat dan tepat, tetapi tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan koreksi
|
Lambat dan sangat mungkin membuat
kesalahan, tetapi cukup kemampuan
|
Pendirian
|
Dapat menjadi indera tambahan seperti kemampuan menangkap
gelombang elektromagnetis yang mengion mata sekaligus
Dapat dibuat tidak peka terhadap rangsangan luar
|
Menerima rangsangan dari berbagai energi dan mengolahnya
secara serta-merta misalnya menentukan lokasi relative, gerakan dan warna,
baik untuk menentukan pola, misalnya dapat menentukan lokasi dari kebisingan
yang tinggi intensitasnya
Dipengaruhi oleh panas, suhu dingin, kebisingan dan
getaran (yang intensitasnya melewati batas tertentu)
|
Reaksi terjadap beban yang
melebihi kemampuan
|
Kerusakan tiba-tiba
|
Degradasi
|
Kepintaran
|
Tidak ada
|
Dapat menyesuaikan terhadap sesuatu yang tidak dapat di
duga; memiliki kemampian meramalkan sesuatu
|
Kecakapan manipulasi
|
Khusus
|
Sangat besar
|
Manusia terbatas dalam hal kecepatan
dan ketelitian. Selain itu, kecepatan kerja tenaga manusia yang lebih besar
selalu disertai oleh penurunan ketelitian. Dalam hal inilah otomasi dan
mekanisasi memegang peranan sangat penting dalam meningkatkan kecepatan dan
ketelitian suatu operasi atau proses (Grafik 18)
Tenaga kerja yang bekerja pada
proses produksi yang menerapkan otomasi termasuk mekanisasi adalah sebaga
berikut :
a. Tenaga
kerja yang bekerja pada proses yang padanya diterapkan otomasi dituntut untuk
berperilaku efisien, memiliki motivasi tinggi dalam hal mewujudkan produktivitas
dan kualitas prima dengan posisi sentral pada sistem manusia-mesin
b. Penerapan
otomasi menimbulkan aneka tekanan mental-psikologis yang menjadi beban kepada
tenaga kerja uang berada pada sistem tersebut, dan untuk hal tersebut sangat
perlu kesiapan sosio-kultural yang kondusof pada setiap dan seluruh tenaga
kerja. Contoh tragis dari ketidaksiapan demikian adalah histersia massa (mass
hysteria) atau kehilangan nilai atau hati nurani kemanusiaan (loss of human
dignity). Hysteria massa biasanya dialami oleh tenaga kerja yang migrasi dari
sector tradisional ke sector modern, menurun atau hilangnya rasa kemanusiaan
dapat diderita oleh tenaga kerja yang misalnya sendirian berada di tempat kerja
yang capital intensif sehingga yang bersangkutan tenggelam dalam lingkungan
tempat bekerja/beroperasinya mesin
c. Berbagai
kemampuan khusus/keterampilan/keahlian harus dimiliki oleh setiap faktor
manusia menurut peran masing-masing dalam sistem yang menerapkan otomasi
termasuk mekanisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar