TUGAS INDIVIDU
PSIKOLOGI KESEHATAN
NAMA : SITI ENDANG ERNAWATI
STAMBUK : F1D2 11033
PSIKOLOGI
DAN KRIMINAL
Berbicara
tentang psikologi kriminal sebagai salah satu tipe teori kriminologi
berdasarkan faktor individu manusia, maka kita tidak pernah lepas dari apa yang
namanya keturunan dan bawaan, maka dari itu memulai pembahasan tentang
psikologi kriminal kita berbicara tentang genotype dan phenotype.
Dua hal tersebut yang akan mempengaruhi apakan ada kaitannya antara perbuatan
manusia dengan keturunan atau bawaan, atau dengan apa yang disebut dengan
kepribadian.
Pada
psikologi kriminal, dikaitkan dengan perilaku manusia. Berikut adalah beberapa
kontribusi dan keterbatasan psikologi perilaku
·
Pendekatan psikologi perilaku biasanya
dianggap sebagai keahlian yang bagus dan dapat dipercaya, setidaknya bagi para
ilmuwan. Teori-teorinya dapat diuji dengan mudah dan ditunjamg dengan banyak
sekali penelitian yang teliti.
·
Selain terdengar meyakinkan secara akademis, prinsip-prinsip psikologi
perilaku mudah diterapkan dalam kehidupan nyata untuk memahami situasi
sehari-hari.
·
Psikologi perilaku juga diterapkan ahli
psikologi untuk beragam situasi. Bermacam-macam penerapan mulai dari terapi
untuk aneka ragam kondisi psikologis sampai pengelolaann perilaku anak,
memahami pengaruh kekerasan di media, mendorong perilaku yang meningkatkan
kesehatan, mengiklankan dan memasarkan produk-produk dan meningkatkan
keefektifan sistema pidana adalah sedikit contohnya.
Banyak sudut pandang yang digunakan untuk
memberikan penjelasan fenomena tindakan kriminal yang ada. Pada kesempatan ini
saya mencoba dari sisi psikologis pelakunya. Sudut pandang ini tidak
dimaksudkan untuk memaklumi tindakan kriminalnya, melainkan semata-mata hanya
sebagai penjelasan.
Ragam Pendekatan Teori Psikologis Perilaku
Kriminalitas
Penjelasan tentang perilaku kriminalitas telah
diberikan oleh para ahli dari berbagai latar belakang sejak sejarah
kriminalitas tercatat. Penjelasan itu diberikan oleh folosof, ahli genetika,
dokter, ahli fisika, dan sebagainya. Bermula dari berdirinya psikologi sebagai
ilmu pengetahuan, dan beberapa kajian sebelumnya yang terkait dengan perilaku
kriminal, maka pada tulisan ini disampaikan beberapa padangan tentang perilaku
kriminal.
1. Pendekatan
Tipologi Fisik / Kepribadian
Pendekatan tipologi ini memandang bahwa sifat
dan karakteristik fisik manusia berhubungan dengan perilaku kriminal. Tokoh
yang terkenal dengan konsep ini adalah Kretchmerh dan Sheldon: Kretchmer
dengan constitutional personality, melihat hubungan antara tipe tubuh dengan
kecenderungan perilaku. Menurutnya ada tiga tipe jarigan embrionik dalam tubuh,
yaitu endoderm berupada sistem digestif (pencernaan), Ectoderm: sistem
kulit dan syaraf, dan Mesoderm yang terdiri dari tulang dan otot. Menurutnya
orang yang normal itu memiliki perkembangan yang seimbang, sehingga
kepribadiannya menjadi normal. Apabila perkembangannya imbalance, maka akan
mengalami problem kepribadian. William Shldon (1949) , dengan teori
Tipologi Somatiknya, ia bentuk tubuh ke dalam tiga tipe, yaitu :
a) Endomorf: Gemuk
(Obese), lembut (soft), and rounded people, menyenangkan dan sociabal.
b) Mesomorf : berotot
(muscular), atletis (athletic people), asertif, vigorous, and bold.
c) Ektomorf : tinggi
(Tall), kurus (thin), and otk berkembang dengan baik (well developed brain),
Introverted, sensitive, and nervous.
Menurut Sheldon, tipe mesomorf merupakan tipe
yang paling banyak melakukan tindakan kriminal. Berdasarkan dari dua
kajian di atas, banyak kajian tentang perilaku kriminal saat ini yang
didasarkan pada hubungan antara bentuk fisik dengan tindakan kriminal. Salah
satu simpulannya misalnya, karakteristik fisik pencuri itu memiliki kepala
pendek (short heads), rambut merah (blond hair), dan rahang tidak
menonjol keluar (nonprotruding jaws), sedangkan karakteristik perampok
misalnya ia memiliki rambut yang panjang bergelombang, telinga pendek, dan
wajah lebar. Apakah pendekatan ini diterima secara ilmiah? Barangkali
metode ini yang paling mudah dilakukan oleh para ahli kriminologi kala itu,
yaitu dengan mengukur ukuran fisik para pelaku kejahatan yang sudah
ditahan/dihukum, orang lalu melakukan pengukuran dan hasil pengukuran itu
disimpulkan.
B.
Pendekatan Pensifatan / Trait Teori
tentang kepribadian
Pendekatan ini menyatakan bahwa sifat atau
karakteristik kepribadian tertentu berhubungan dengan kecenderungan seseorang
untuk melakukan tindakan kriminal. Beberapa ide tentang konsep ini dapat
dicermati dari hasil-hasil pengukuran tes kepribadian. Dari beberapa
penelitian tentang kepribadian baik yang melakukan teknik kuesioner ataupun
teknik proyektif dapatlah disimpulkan kecenderungan kepribadian memiliki
hubungan dengan perilaku kriminal. Dimisalkan orang yang cenderung melakukan
tindakan kriminal adalah rendah kemampuan kontrol dirinya, orang yang cenerung pemberani,
dominansi sangat kuat, power yang lebih, ekstravert, cenderung asertif, macho,
dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang sangat tinggi, dan
sebagainya. Sifat-sifat di atas telah diteliti dalam kajian terhadap para
tahanan oleh beragam ahli. Hanya saja, tampaknya masih perlu kajian yang lebih
komprehensif tidak hanya satu aspek sifat kepribadian yang diteliti, melainkan
seluruh sifat itu bisa diprofilkan secara bersama-sama.
C.
Pendekatan Psikoanalisis
Freud melihat bahwa perilaku kriminal merupakan
representasi dari “Id” yang tidak terkendalikan oleh ego dan super ego. Id ini
merupakan impuls yang memiliki prinsip kenikmatan (Pleasure Principle).
Ketika prinsip itu dikembangkannya Super-ego terlalu lemah untuk mengontrol
impuls yang hedonistik ini. Walhasil, perilaku untuk sekehendak hati asalkan
menyenangkan muncul dalam diri seseorang. Mengapa super-ego lemah? Hal
itu disebabkan oleh resolusi yang tidak baik dalam menghadapi konflik Oedipus,
artinya anak seharusnya melakukan belajar dan beridentifikasi dengan bapaknya,
tapi malah dengan ibunya. Penjelasan lainnya dari pendekatan psikoanalis
yaitu bahwa tindakan kriminal disebabkan karena rasa cemburu pada bapak yang
tidak terselesaikan, sehingga individu senang melakukan tindak kriminal untuk
mendapatkan hukuman dari bapaknya. Psikoanalist lain (Bowlby:1953)
menyatakan bahwa aktivitas kriminal merupakan pengganti dari rasa cinta dan
afeksi. Umumnya kriminalitas dilakukan pada saat hilangnya ikatan cinta
ibu-anak.
D.
Pendekatan Teori Belajar Sosial
Teori ini dimotori oleh Albert Bandura (1986).
Bandura menyatakan bahwa peran model dalam melakukan penyimpangan yang berada
di rumah, media, dan subcultur tertentu (gang) merupakan contoh baik tuntuk
terbentuknya perilaku kriminal orang lain. Observasi dan kemudian imitasi
dan identifikasi merupakan cara yang biasa dilakukan hingga terbentuknya
perilaku menyimpang tersebut. Ada dua cara observasi yang dilakukan terhadap
model yaitu secara langsung dan secara tidak langsung (melalui vicarious
reinforcement)Tampaknya metode ini yang paling berbahaya dalam menimbulkan
tindak kriminal. Sebab sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui
observasi terhadap model mengenai perilaku tertentu.
E.
Pendekatan Teori Kognitif
Pendekatan ini menanyakan apakah pelaku kriminal
memiliki pikiran yang berbda dengan orang “normal”? Yochelson & Samenow
(1976, 1984) telah mencoba meneliti gaya kognitif (cognitive styles)
pelaku kriminal dan mencari pola atau penyimpangan bagaimana memproses
informasi. Para peneliti ini yakin bahwa pola berpikir lebih pentinfg daripada
sekedar faktor biologis dan lingkungan dalam menentukan seseorang untuk menjadi
kriminal atau bukan.
Dengan mengambil sampel pelaku kriminal seperti ahli manipulasi (master
manipulators), liar yang kompulsif, dan orang yang tidak bisa mengendalikan
dirinya mendapatkan hasil simpulan bahwa pola pikir pelaku kriminal itu
memiliki logika yang sifatnya internal dan konsisten, hanya saja logikanya
salah dan tidak bertanggung jawab. Ketidaksesuaian pola ini sangat beda antara
pandangan mengenai realitas.
Faktor Penyebab Perilaku Kriminalitas
Banyak ahli yang telah memberikan jawaban atas
pertanyaan mengapa orang melakukan tindakan kriminal. Faktor penyebabnya
antara lain :
1. Kemiskinan merupakan
penyebab dari revolusi dan kriminalitas (Aristoteles)
2.
Kesempatan untuk menjadi pencuri (Sir Francis Bacon, 1600-an)
3.
Kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam
melakukan kontrak sosial (Voltaire & Rousseau, 1700-an)
4.
Atavistic trait atau Sifat-sifat antisosial bawaan sebagai
penyebab perilaku kriminal ( Cesare Lombroso, 1835-1909)
5.
Hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional (Teoritisi
Klasik Lain)
Kiranya tidak ada satupun faktor tunggal yang menjadi penyebab dan penjelas
semua bentuk kriminalitas yang terjadi di masyarakat. Tetapi terdapat dua teori
yang yang mencoba menjelaskan mengapa seseorang berperilaku kriminal, yaitu :
1. Teori pertama yaitu dari
Deutsch & Krauss, 1965) tentang level of aspiration. Teori ini
menyatakan bahwa keinginan seseorang melakukan tindakan ditentukan oleh tingkat
kesulitan dalam mencapai tujuan dan probabilitas subyektif pelaku apabila
sukses dikurangi probabilitas subjektif kalau gagal. Teori ini dapat
dirumuskan dalam persama seperti berikut:
V = (Vsu X SPsu) – (Vf X SPf)
Dimana: V =
valensi = tingkat aspirasi seseorang su = succed = suksesf =
failure = gagalSP = subjective probability
Teori di atas, tampaknya
cocok untuk menjelaskan perilaku kriminal yang telak direncanakan. Karena dalam
rumus di atas peran subyektifitas penilaian sudah dipikirkan lebih dalam
akankah seseorang melakukan tindakan kriminal atau tidak.
2. Teori kedua yaitu
perilaku yang tidak terencana dapat dijelaskan dengan persamaan yang diusulkan
oleh kelompok gestalt tentang Life Space yang dirumuskan B=f(PE). Perilaku
merupakan fungsi dari life-spacenya. Life space ini merupakan interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Mengapa model perilaku Gestalt digunakan
untuk menjelaskan perilaku kriminal yang tidak berencana? Pertama,
pandangan Gestalt sangat mengandalkan aspek kekinian. Kedua, interaski antara
seseorang dengan lingkungan bisa berlangsung sesaat. Ketiga, interaksi tidak
bisa dilacak secara partial.
cr :
Edu, Te. 2012. http://psikologikriminal.blogspot.com/2012/04/psikologi-kriminal.html. 04-2012.
Jarvis, Matt. 2012. Teori-Teori Psikologi. Bandung. Penerbit Nusa Media.
Suryanto.
2008. http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/12/04/perilaku-kriminal-ditinjau-dari-aspek-psikologis-pelaku/.
04-12-2008.
Keren
BalasHapus