BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan.
Komunikasi dibuat untuk menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi
khalayak dan menggambarkan kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat media
menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Untuk
memenuhi kebutuhan berinteraksi yang bersifat antarpribadi, dipenuhi melalui
kegiatan komunikasi interpersonal atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan untuk
berkomunikasi secara publik dengan orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas
komunikasi massa.
Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam
berlangsungnya kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan,
aktivitas komunikasi sekaligus merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab
tidak mungkin manusia hidup di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama
lain.
Komunikasi
kesehatan masyarakat saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat pesat dan
mendasar dari strategi yang bersifat partial komunikasi kesehatan telah
bergeser kepada strategi komprehensif berdasarkan hasil studi empiris.
Komunikasi kesehatan saat ini juga telah memanfaatkan teknologi baru yang
dimodifikasi dengan komunikasi pembangunan. Prinsip-prinsip pemasaran sosial.
Analisis perilaku serta manajemen yang berorientasi kepada pelanggan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian komunikasi kesehatan?
2. Bagaimana
konsep komunikasi kesehatan?
3. Apa
landasan komunikasi dalam pembangunan kesehatan?
4. Macam-macam
jenis komunikasi?
5. Bagaimana
model komunikasi kesehatan?
6. Bagaimana
ruang lingkup komunikasi kesehatan?
7. Apa
dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Agar
dapat mengetahui pengertian dari komunikasi kesehatan
2. Agar
dapat mengetahui konsep komunikasi kesehatan
3. Agar
dapat mengetahui landasan komunikasi dalam pembangunan kesehatan
4. Agar
dapat mengetahui jenis-jenis dari komunikasi kesehatan
5. Agar
dapat mengetahui model dari komunikasi kesehatan
6. Agar
dapat mengetahui ruang lingkup komunikasi kesehatan
7. Agar
dapat mengetahui dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Kesehatan
Definisi komunikasi kesehatan
sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara “komunikasi” dengan
“kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberikan peranan pada kata yang
mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi bisnis, komunikasi kultural, dll).
Berikut adalah definisi dari komunikasi kesehatan.
Komunikasi
kesehatan adalah :
a. Studi
yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikaso untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan
komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan
pengelolaan kesehatan.
b. Studi
yang menekankan peran teori komunikasi yang dapat digunakan dalam penelitian
dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
c. Kegunaan
teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk memengaruhi
individu, organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi
yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan
lingkungan. Kegunaan ini termasuk beragam aktivitas seperti interaksi antara
professional kesehatan dengan para pasien di klinik, self-help groups,
mailings, hotlines, kampannya media massa, dan penciptaan peristiwa.
d. Proses
untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu dengan
maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan
perilaku hidup sehat.
e. Seni
dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan
memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai
peraturan ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens yang mengatur
perhatian terhadap kesehatan.
f. Proses
kemitraan antara para partisipam berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya
ada suasana interaktif, ada perukaran gagasan, ada kesepakatan menganai
kesatuan gagasan mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui pemahaman
bersama (Ratzan, S.C., 1994)
g. Komunikasi
yang berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan, meningkatkan konsensus,
mengidentifikasi aksi-aksi yang berkaitan dengan kesehatan yang mungkin dapat
dilakukan secara efektif.
Menurut
para ahli, komunikasi kesehatan adalah
Ø Menurut George A
Miller (1951): komunikasi adalah proses informasi yang disampaikan dari satu
tempat tertentu ke tempat yang lain
Ø Menurut Clavenger
(1959): komunikasi merupakan suatu terminologi yang merujuk pada suatu proses
pertukaran informasi yang dinamis.
Ø Menurut Cherry (1966):
komunikasi berarti berbagi elemen perilaku dengan kesepakatan yang ditetapkan
bersama.
Secara umum, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian
pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada
komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan
sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik,
mental (rohani), dan sosial.
Jadi, komunikasi Kesehatan adalah proses penyampaian
informasi tentang kesehatan.
2.2 Konsep Komunikasi Kesehatan
Konsep komunikasi kesehatan secara
khusus diterapkan untuk pelaksanaan program pembangunan di bidan kesehatan,
yaitu pada
1. Pemasaran
sosial
Pemasaran sosial selalu dimulai dengan
promosi tentang sikap atau kepercayaa yang dikaitkan dengan kesehatan. Kemudian
dilakukan penyampaian anjuran tentang produk atau pelayanan dengan petunjuk
cara pemakaian yang efektif.
Berikut adalah hal-hal yang berada pada
pemasaran sosial :
Ø Melakukan
segmentasi sasaran
Ø Mempromosikan
produk
Ø Pelayanan
2. Analisis
perilaku
Ø Mempelajari
perilaku
Ø Menentukan
perilaku baru
Ø Menumbuhkan
perilaku baru
Ø Memotivasi
perubahan
3. Antropologi
Ø Mengkaji
aspek kebudayaan masyarakat
4. Sosiologi
Ø Mengkaji
aspek :
a. Interaksi
= horizontal – vertikal
b. Integrasi
= horizontal –vertikal
Tahap-tahap
pelaksanaan mencakup :
Ø Produksi,
menyangkut materi, media seprofesional mungkin sesuai sumber daya yang ada
Ø Distribusi,
aktifitas media, produk, pelayanan, dukungan antar persona/individu
Ø Pelatihan,
pendistribusian materi pendidikan, penyediaan produk, dan pelayanan
Evaluasi
mencakup :
Ø Sistem
distibusi produk dan materi
Ø Administrasi
internal, kinerja personil dan anggaran
Ø Penelusuran
sementara dari tingkat pengetahuan dan praktek
Ketiga
tahap tersebut mengharapkan cara bagaimana program membuka kesempatan
mempengaruhi birokrasi kesehatan yang lebih luas, meyakinkan bahwa proses
komunikasi merupakan bagian integral dari seluruh system pelayanan kesehatan.
2.3 Landasan Komunikasi dalam
Pembangunan Kesehatan
Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63
dijelaskan perlunya pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar
dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan manajemen dan upaya
kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang sederhana
hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi
Kesehatan dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan.
Pendekatan sentralistis di waktu lampau menyebabkan tidak berkembangnya
manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan dan di Daerah. Manajemen memang akan
berkembang dengan baik pada saat suatu unit atau Daerah diberi kewenangan untuk
mengurus dirinya sendiri (otonom).
Dengan
kurang jelasnya manajemen kesehatan diwaktu lampau, maka kebutuhan informasi
dan datanya pun menjadi tidak jelas pula.
Oleh karena itu, tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan
Otonomi Daerah dapat dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mulai
mengembangkan kembali Sistem Informasi Kesehatan. Mendukung hal tersebut maka
pada tahun tersebut di terbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Seiring dengan pesatnya perkembangan di
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) maka pada tahun 2003
dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengem-bangan egovernment. Kemudian dijabarkan lagi melalui
Surat Keputusan Menteri Informasi & Komunikasi nomor
56/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Manajemen Sist Dokumen Elektronik
(versi 1.0) dan Surat Keputusan Kepala Badan Administrasi Negara Nomor
239/IX/6/8/ 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
2.4 Jenis-Jenis Komunikasi
Kesehatan
Komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal,
interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal
yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara
sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai
ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry
(1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis
komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara
terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proporsional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
petugas kesehatan dengan pasien.
A. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi
yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah
pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat
atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga
untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu
untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1.
Jelas
dan ringkas
Komunikasi yang
efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai
dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting
dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa,
bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa
nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian
yang anda rasakan tidak enak.”
2.
Perbendaharaan
Kata
Komunikasi tidak
akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika
ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan
mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah
sementara saya mendengarkan paru-paru Anda”.
3.
Arti
denotatif dan konotatif
Arti denotatif
memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti
konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi
perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati
kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih
kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4.
Selaan
dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan
tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan
yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat
dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5.
Waktu
dan relevansi
Waktu yang tepat sangat
penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak
waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara
jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan
secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu
untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika
pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.
6.
Humor
Dugan (1989)
mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa
humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan
sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa
takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi
dengan klien.
B.KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi
non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara
yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat
perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1)
Metakomunikasi
Komunikasi tidak
hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan
lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan
dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum
ketika sedang marah.
2)
Penampilan
Personal
Penampilan
seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.
Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseOrang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik,
cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan,
agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya
dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik
perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan
seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3)
Intonasi
(Nada Suara)
Nada suara
pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan,
karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena
maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi
oleh nada suara perawat.
4)
Ekspresi
wajah
Hasil suatu
penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi
wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak
mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan
kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat
dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya
tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu
ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak
mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5)
Sikap
tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan
langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat
mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat,
atau fraktur.
6)
Sentuhan
Kasih sayang,
dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat
menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau
membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit
untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson &
Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika
membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat
dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan
dan hati-hati. Komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab perawat, yakni
perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap
peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk
tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995)
menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak
perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang mementingkan dirinya
sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan
bahwa
“human care” terdiri dari upaya
untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya:
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri,
“Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang
memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan,
sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.
Didalam organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis
komunikasi dalam
organisasi antara lain :
a.
Komunikasi formal vs informal
Komunikasi
formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh
hirarki wewenang. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan
tidak tergantung pada herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena
adanya berbagai maksud, yaitu
-
Pemuasan kebutuhan manusiawi,
-
Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
-
Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
-
Sumber informasi hubungan pekerjaan.
Jenis
lain dari komunikasi informasi adalah adalah dasas-desusyang secara resmi tidak
setuju. Desas-desus ini juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat
komunikasi tambahan bagi organisasi.
b.
Komunikasi ke bawah vs komunikasi ke
atas vs
komunikasi lateral
Komunikasi
kebawah mengalir dari peringkat atas ke bawah dalam herarki. Komunikasi ke atas
adalah berita yang mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu
organisasi. Komunikasi lateral adalah sejajar antara mereka yang berada tingkat
satu wewenang.
c.
Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi
satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa meminta umpan balik, sedangkan
komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan memberi umpan balik.
Bagaimanapun
juga keefektifan komunikasi organisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya
:
- Saluran
komunikasi formal
- Sruktur
wewenang
Dalam
organisasi dimana perbedaan stasus dan kekuasaan akan mempengaruhi isi
komunikasi.
2.5 Model Komunikasi Kesehatan
1. Model Shanon Weaver
·
Komunikasi dipandang sebagai suatu sistem: yang terdiri:
·
Sumber informasi (source) → memilih informasi yang dirumuskan
(encode) menjadi pesan (massage) → pesan dikirim dengan isyarat (signal) melaui
saluran (chanel) kepada penerima (receiver) → penerima menterjemahkan pesan
untuk disampaikan ke tujuan (destination)
2. Model SMCR
·
Model ini menampilkan 4 variabel komunikasi:
1.
Source (sumber)
2.
Massage (pesan)
3.
Chanel (saluran)
4.
Receiver (penerima)
Proses komunikasi
berlangsung tergantung: ketrampilan, sikap, pengetahuan, budaya yang berbeda
3. Speech Communication Model
Komunikasi terdiri 3 variabel:
1.
Pembicara (speaker)
2.
Pendengar (receiver)
3.
Umpan balik (feed back)
2.6 Ruang Lingkup Komunikasi
Kesehatan
Ada beberapa ruang lingkup yang ada
dalam komunikasi kesehatan. Ruang lingkup dilihat dari cakupan komunikasi
kesehatan. Berikut adalah ruang lingkup komunikasi kesehatan, yaitu :
1. Masyarakat
(Audience)
Masyarakat sebagai
ruang lingkup dari komunikasi kesehatan adalah sasaran dari kamunikasi
kesehatan itu sendiri. Berikut adalah bagian-bagian dari masyarakat sebagai
ruang lingkup komunikasi kesehatan
·
Budaya sehat, sikap dan perilaku (health
beliefs, attitude and behavior)
·
Kebudayaan, umur, dan faktor jenis
kelamin (cultural, age and gender factor)
·
Tingkatan buta huruf/tingkatan tuna
aksara (literacy levels)
·
Faktor resiko (risk factor)
·
Persoalan gaya hidup ( lifestyle issues)
·
Faktor sosial ekonomi (socio-economics
factor)
2. Perilaku
sehat yang direkomendasikan, pelayanan atau produk
·
Keuntungan (benefits)
·
Resiko (risks)
·
Kerugian (disadvantages)
·
Harga atau inovasi gaya hidup (price or
lifestyle trade-off)
·
Ketersediaan dan akses (avaibility and
access)
3. Lingkungan
sosial
·
Kebijakan pemegang kekuasaan, sikap dan
latihan (stakeholders beliefs, attitudes and practices)
·
Norma sosial (social norms)
·
Struktur sosial (social structure)
·
Ide-ide yng ada dan program (existing
initiatives and programs)
4. Lingkungan
politik
·
Aparat berwajib dan hukum (policies,
laws)
·
Kesediaan politik dan komitmen
(political willingness and commitment)
·
Tingkat prioritas dalam agenda politik (level
of priority in political agenda)
2.7 Dampak Komunikasi Kesehatan
Terhadap Pembangunan Kesehatan
Komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi
sikap, persepsi, kesadaran, pengetahuan dan norma sosial yang kesemuanya
berperan sebagai precursor dalam perubahan prilaku. Komunikasi kesehatan sangat
efektif dalam mempengaruhi prilaku karena didasarkan pada psikologi sosial,
pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan
menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan –pencegahan.
Komunikasin kesehatan adalah pendekatan
yang beragam dan multidisipin untuk mencapai buat kebijakan dan masyarakat
untuk memperkenalkan, mengadopsi atau mendukung perilaku, praktek atau
kebijakan yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil kesehatan dimana
pesan-pesan kesehatan dikomunikasikan dari para pakar di bidang kesehatan medis
dan masyarakat. Sehingga bisa dikatakan komunikasi mempunyai dampak yang sangat
besar terhadap pembangunan kesehatan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ø Kesehatan adalah proses penyampaian
informasi tentang kesehatan.
Ø
Konsep
komunikasi kesehatan ada empat, yaitu pemasaran sosial, analisis perilaku,
antopologi dan sosiologi
Ø
Jenis-jenis
komunikasi itu ada dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non-verba
Ø
Ada 3 model komunikasi, yaitu Model Shanon Weaver, Model SMCR
dan Speech Communication
Model
Ø Ada
empat ruang lingkup komunikasi kesehatan yaitu masyarakat (Audience), perilaku
sehat yang direkomendasikan, pelayanan atau produk, lingkungan sosial dan lingkungan
politik
3.2
Saran
terimakasih sudah berbagi jangan lupa mmpir ya kak.. www.bankerilmu.com
BalasHapus